Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Nyata Kewalian Mbah Teken



Pada masa muda Mbah Sujono, beliau termasuk pemuda pekerja keras berbagai macam usaha beliau geluti untuk menyongsong masa depan yang lebih cerah. Setelah beliau menikah, beliau dikaruniai 2 anak laki -laki dan perempuan tetapi setelah menikah beliau mempunyai hobi bermain petasan, beliau sangat suka berdagang di pasar, apapun yang beliau jual pasti laku keras sehingga penjualan setiap hari ia sisihkan untuk kebutuhan makan dan kebutuhan - kebutuhan yang lainnya. Akan tetapi hobi main petasan telah membuat mbah sujono berubah, karena hobinya tersebut hasil jualan ia dipasar, setengahnya ia belikan petasan hal itu yang membuat sang istri mbah sujono geram. Setelah beberapa tahun berjalan perekonomian mbah sujono mulai surut, istri mbah sujono mulai gelisah melihat perekonomian keluarga sedangkan mbah sujono lebih memilih hobi barunya itu dari pada keluarganya. Dengan penuh kesabaran istri mbah sujono tidak henti-hentinya berdo'a kepada Tuhan yang Maha kuasa agar diberikan hidayah kepada mbah sujono agar mbah sujono sadar dan meninggalkan hobi nya tersebut. 

Suatu hari ketika mbah sujono pulang dari pasar, seperti biasa ia membawa petasan yang sangat banyak. ketiak hendak akan turun dari sepedanya, ia di datangi oleh seseorang laki-laki membawa teken ( bahasa indonesia :  tongkat ) berjalan membungkuk, berpakaian putih mangkak dan bersurban mangkak ( bahasa indonesia : lusuh ), dengan mengucapkan salam kepada mbah sujono " Assalamu'laikum" karena mbah sujono tidak mendengarkan salam tersebut, orang laki-laki itu mengucapkan kembali sampai 3x dan salam terakhir orang laki-laki itu mengucapkan " Assalamu'alaikum kaji jono". Seketika itu mbah sujono gemetar, jantungnya berdetuk kencang mendengar salam dari orang laki-laki itu sambil menjawab " wa'alaikum salam". orang laki-laki itu kemudian mendekati mbah sujono sambil memegang tangan mbah sujono sambil beliau mengucapkan " leren,leren o ji " ( bahasa indonesia : berhenti, berhentilah wahai haji sujono ) 

Mbah Sujono kemudian mempersilahkan orang laki-laki tersebut masuk akan tetapi orang laki-laki menolak, Mbah sujono kemudian memberi uang kepada orang laki-laki itu tetapi ia pun menolak. orang laki-laki itu berkata kepada mbah sujono " ji, leren o ojok dulinan maneh, mene aku rene maneh. temen lo ji ojok dulinan maneh" ( bahasa indonesia : haji sujono, berhentilah bermain petasan, besok aku akan kesini lagi ) mendengar demikian mbah sujono mengiyakan perkatan beliau. Kesokan harinya mbah sujono setelah dagangan beliau habis dipasar, ia hendak membeli petasan akan tetapi ia teringat pesan orang laki-laki kemarin yang menyuruh ia berhenti bermain petasan lagi. ketika mbah sujono sesampai dirumah menjelang dhuhur, datanglah orang laki-laki kemarin ke rumah sujono dengan mengucapkan salam kepada mbah sujono, kemudia mbah sujono menjawab salam beliau sambil menyuruh orang laki-laki itu masuk kedalam rumah mbah sujono, kali ini orang laki-laki itu mau masuk kedalam rumah mbah sujono, orang laki-laki sembari duduk di kursi tamu, beliau menceritakan banyak cerita tentang agama kepada mbah sujono, mulai kejadian manusia, kehidupan manusia, cara beribadah hingga tentang kematian. Saat itu, istri mbah sujono dan anak laki-laki mbah sujono berkumpul mendengarkan tausiyah dari orang laki-laki itu dan setelah itu beliau memberikan kitab berwarna kuning dengan tulisan aksara jawa kepada mbah sujono sebagai hadiah. Dan orang laki-laki itu berpesan apda mbah sujono agar pergi haji tahun depan. 

Mendengar demikian, mbah sujono menjawab " sakjane kulo kepingin mbah, tapi yotroe gereng enten mbah " ( bahasa indonesia : sebenarnya saya ingin pergi haji, tapi belum ada uang mbah ) mendengar demikian orang laki-laki itu menjawab " wes pokoke budal tahun ngarep ijen, terus budalo mane ambek bojomu, terus sak turunmu tak do'akan iso haji kabeh " ( bahasa indonesia : berangkat saja tahun depan sendirian, selanjutnya berangkat haji sama istrimu, kemudian seluruh keturunanmu saya do'kan  pergi haji semua ) mbah sujono bersama istrinya mengucapkan Amin bersama-sama. kemudian orang laki-laki itu pamitan kepada mbah sujono akan pulang kerumahnya, mbah sujono kemudian bertanya " dalem e mbah ten pundi ? " (bahasa indonesia : rumah mbah dimana) orang laki-laki itu menjawab : " nek kepingin petok aku, umahku nang demak bintoro, jenengku mbah teken " ( jika ingin bertemu aku lagi, rumahku di bintoro demak jawa tengah, namaku mbah teken ) . Setelah orang laki-laki itu keluar rumah, mbah sujono bergegas mengambil uang di dalam rumah, tetapi anak mbah sujono membuntuti mbah teken dari belakang, melihat demikian mbah teken berkata kepada anak laki-laki mbah sujono sambil dipegang kepalanya, lalu mbh teken berkata " le, sabar yo le, derajatmu kalah ambek adikmu, sabar yo le  sabar"  (bahasa indonesia : sabar ya, pangkat kamu dibawah pangkat adikmu, yang sabar ya) . Ketika mbah sujono menghampiri mbah teken lalu memberikan uang kepada beliau, mbah teken menolaknya karena mbah teken mempunyai uang dan harta yang lebih dari mbah sujono di rumahnya, mendengar demkian mbah sujono kemudian kembali kerumahnya. akan tetapi anak laki-laki mbah sujono tidak langsung kembali ke rumahnya, ia memperhatikan mbah teken sampai ia tidak bisa memandangnya tetapi anak laki-laki mbah sujono melihat ada yang ganjal karena sampai beberapa meter mbah teken berjalan, tidak ada sama sekali bayang-bayangnya.

Setelah dirumah, anak laki-laki mbah sujono menceritakan kepada mbah teken bahawa bahwa mbah teken tidak mempunyai bayang-bayang, seketika mbah sujono berlari meyusul mbah teken tetapi mbah teken sudah tidak terlihat lagi padahal jarak tempuh untuk dapat mobil angkut hampir 3 KM. Sejak itulah kehidupan mbah sujono berubah dan pada akhirnya mbah sujono bisa melaksanakan haji sendiri pada tahun 1985 dan pada tahun 1991 mbah sujono pergi haji bersama istri beliau. Dengan berjalannya waktu mbah sujono menceritakan kepada anak cucunya tentang mbah teken. Mbah sujono pun berpesan kepada anak cucunya jika bertemu dengan mbah teken, ajaklah mbah sujono kerumahnya, dan jika ada salah satu cucunya tau dimana makam mbah teken, maka mbah sujono menyuruhnya untuk berziarah ke makamnya. 

Cerita nyata ini diceritakan oleh anak mbah sujono dan di perkuat oleh cerita anak cucu mbah sujono.


Posting Komentar untuk "Kisah Nyata Kewalian Mbah Teken"