Cerita Kyai Kampung
Dikeheningan malam yang indah, terketuk halus pintu keluarga besar bapak Shodiq. Tak disangka ternyata anak bungsunya pulang dari pondok pesantren yang sejak lama tidak kunjung pulang beberapa tahun lamanya. Buku dan Kitab yang ia bawa hampir 1 becak besarnya ia angkat sendiri masuk kerumahnya, betapa gembira Pak shodiq melihatnya, anak bungsunya yang dulu kecil dipondok sekarang sudah menjadi pemuda yang menginjak dewasa. Sikap tawaddu'nya yang begitu besar kepada kedua orang tuanya, hingga ia diberikan jadwal pengajian dimasjid didesanya. Berbagai kajian kitab kuning ia baca di berbagai masjid dan musholla-musholla, hingga suatu saat pemuda itu di panggil oleh kyai di desa nya untuk mengajarkan ilmu dipesantren. Tawaran tersebut diterima oleh pemuda tersebut sebagai wujud ta'dhim kepada seorang kyai didesanya, selama beberapa tahun lamanya mengajar dipesantren akhirnya pemuda itu menikah dengan salah satu anak kyai didesanya.
Pak ahmad adalah sebutan pemuda itu, keseharian pemuda itu hari demi hari menjadi padat karena ia menjadi salah satu tangan kanan sang mertua untuk mengurusi pondok pesantrennya. semua urusan pondok pesantren pemuda ini yang memegangnya, akhirnya pemuda inilah yang menjadi pengasuh pondok pesantren serta unit pendidikan formal lainnya. Dibawah pemuda ini pondok pesantren yang beliau asuh semakin lama semakin berkembang pesat hingga santri - santri yang mukim terus bertambah banyak, majlis ta'lim dan kajian kitab kuning terus menggema di sudut pondok pesantren yang beliau asuh.
Pada suatu hari, beliau dihampiri oleh seorang yang beliau kenal. seseorang tersebut menyuruh pak ahmad untuk berhenti mengajar dimasjid-masjid, dengan setengah mengancam seseorang itu akan menggagalkan pengajian jika pak ahmad terus saja mengajar. Setelah 1 minggu lamanya, pak ahmad tetap mengajr di masjid - masjid seperti sedia jala, seseorang yang tidak dikenal tersebut bertamu kerumah pak ahmad dengan nada mengancam akan membunuh pak ahmad jika terus mengajar dimasjid dengan alasan bahwa pak ahmad tidak berhak mengajar disitu. Pada keesokan harinya pak ahmad demam tinggi, disertai dengan muntah-muntah, dengan kondisi demikian pihak keluarga pak ahmad membawa beliau kerumah sakit, akan tetapi tanggapan dokter menganggap bahwa pak ahmad tidak sakit apa-apa beliau hanya masuk angin.
Setelah beberapa hari, sakit pak ahmad semakin parah hingga berdiri saja beliau tidak mampu, akan tetapi beliau tidak patah semangat, para santri tetap beliau ajar walau dengan kondisi seperti demikian. Berbagai macam obat dan ikhtiar batin dan dhohir telah dilakukan akan tetapi pak ahmad belum kunjung sembuh hingga akhirnya beliau wafat.
Cerita diatas diambil dari salah satu cerita nyata yang penulis dengar dari salah satu anak sang kyai dari berbagai macam sumber.
Posting Komentar untuk "Cerita Kyai Kampung"